PENALARAN
ILMIAH DAN KARANGAN ILMIAH
1.
PENGERTIAN PENALARAN
Menurut
Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis
untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak
ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan
teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala
aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip
penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka
emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap
objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam
sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses
berpikir yang logis dengan berusaha menghubung - hubungkan fakta untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Fakta
adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar,
kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui
pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar,
membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung,
mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan
menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.
Sedangkan
Widjono, (2007 : 209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
a.
Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
b.
Menghubung-hubungkan fakta atau data
sampai dengan suatu simpulan.
c.
Proses menganalisis suatu topik sehingga
menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
d.
Dalam karangan terdiri dari dua variabel
atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis
dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat
hubungan dan simpulan.
e.
Pembahasan suatu masalah sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi,
dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah proses
pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan
(sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta
sebagai dasar untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.
2.
UNSUR PENALARAN PENULISAN ILMIAH
Menurut
Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
a.
Topik yaitu ide sentral dalam bidang
kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
b.
Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta
dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
c.
Proposisi mempunyai beberapa jenis,
antara lain:
1) Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
2) Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar
atau salahnya.
3) Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan huungan
subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
4) Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
5) Proposisi
positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
6) Proposisi
positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif.
7) Proposisi
negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
8) Proposisi
negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
d.
Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
e.
Logika yaitu metode pengujian ketepatan
penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan
justifikasi (pembenaran).
f.
Sistematika yaitu seperangkat proses
atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
g.
Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus
dijawab (dibahas) dalam karangan.
h.
Variabel yaitu unsur satuan pikiran
dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
i.
Analisis (pembahasan, penguraian)
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan
(korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
j.
Pembuktian (argumentasi) yaitu proses
pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang
bersifat manual maupun yang berupa software. Selain itu, pembuktian didukung
pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
k.
Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari
sebuah analisis induktif atau deduktif.
l.
Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran
atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
3.
METODE PENALARAN
Terdapat dua jenis Metode Penalaran
yaitu :
a.
Metode Deduktif
Deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran deduktif
menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan
ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan
yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit
terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari
pengetahuan universal ke singular atau individual.
Penalaran
deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan
merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan
dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi
sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau
kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Macam – macam penalaran deduktif
diantaranya :
1) Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh klasik dari penalaran deduktif:
·
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
·
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
·
Sokrates pasti mati. (kesimpulan)
Premis
mayor adalah premis yang berisi term yang menjadi predikat kesimpulan,
sedangkan premis minor adalah premis yang berisi term yang menjadi subyek
kesimpulan. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang
salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak
tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari
penalaran deduktif adalah penalaran induktif.
2) Entimen
Entimen
adalah sebuah penalaran deduksi secara langsung dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidal diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya:
·
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari.
·
Pada malam hari tidak ada matahari
·
Pada malam hari tidak mungkin ada proses
fotosintesis
b.
Metode Induktif
Penalaran
induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Prosesnya disebut induksi.
Penalaran
induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah
gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari
gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan
terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah
hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat,
akibat sebab, dan akibat-akibat.
Penalaran
induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang
menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara
umum.
Perbedaan
dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan
prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik,
sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin
berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan
umum. Ada tiga jenis penalaran induktif :
1)
Generalisasi
Penalaran
generalisasi dimulai dengan peristiwa - peristiwa khusus untuk mengambil
kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua
atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan
dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh
penalaran Generalisasi:
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh
daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatak seragam. Perbedaan dalam
struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di
lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi
dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga
belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta
di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
2)
Analogi
Analogi
adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik
kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan
pula dalam bidang yang lain.
Contoh
penalaran Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planet Mars,
karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata
surya yang sama. Mars mempunyai atmosfer seperti bumi. Temperaturnya hampir
sama dengan temperatur Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya beredar
mengelilingi matahari meyebabkan pula timbulnya musim seperti di Bumi. Jika di
bumi ada makhluk hidup, tidakkah mungkin ada makhluk hidup di planet Mars.
3)
Hubungan Sebab Akibat
Hubungan
sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan
menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai
kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai
kepada akibat fakta itu.
Contoh
penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah
menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam
perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam.
Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok
bahkan membunuh. Hal ini selain disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua
dan pengaruh masyarakat, pengaruh televisi dan film cukup besar.
4.
KARANGAN ILMIAH
Karangan
merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ada 3
jenis karangan yaitu karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah
adalah sebagai berikut :
a.
Karya
Ilmiah
Karangan
ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada
berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar
atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
b.
Tujuan Karya Ilmiah
Adapun
tujuan dari karya ilmiah, antara lain:
1)
Sebagai wahana melatih mengungkapkan
pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis
dan metodologis.
2)
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan
mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga
mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3)
Karya ilmiah yang telah ditulis itu
diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan
masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4)
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah
yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk
karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan
dari jurusannya.
5)
Melatih keterampilan dasar untuk
melakukan penelitian.
c.
Manfaat Penyusunan Karya Ilmiah
Manfaat
penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
1)
Melatih untuk mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif;
2)
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan
dari berbagai sumber;
3)
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
4)
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data
secara jelas dan sistematis;
5)
Memperoleh kepuasan intelektual;
6)
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
7)
Sebagai bahan acuan/penelitian
pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
d.
Ciri – Ciri Karya Ilmiah
1) Objektif.
Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang
diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga
setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang
bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2) Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau
penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi
maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak,
membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3) Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan
sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan,
klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan
bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4) Logis
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang
digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan
suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud
membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5) Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya
ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau
ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan
sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan
hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
6) Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias
hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
7) Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
e.
Syarat
Karya Ilmiah
Berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah :
1)
Karya
tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2)
Keindahan
karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya.
3)
Alur
pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4)
Karya
tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang
tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5)
Karya
tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat
ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6)
Karya
tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
f.
Jenis
Karya Ilmiah
Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu
kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan ,
tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis
besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah
pendidikan dan karya ilmiah penelitian.
1)
Karya
Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume
pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya
ilmiah pendidikan terdiri dari:
a)
Paper
(Karya Tulis).
Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis,
adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu
atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada
mahasiswanya.
Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk
mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen,
penulisan paper ini agak di perdalam dengan beberapa sebab antara lain, Bab I
Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan atau Analisisdan Bab IV
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
b)
Pra
Skripsi
Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang
digunakan sebagai persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini
disyaratkan bagi mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3 (
D-3).
Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar
belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan
metode penelitian). Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi
penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi
data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian). Bab IV analisis
(pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian). Bab V penutup (kesimpulan
penelitian dan saran)
c)
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan
pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus
didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian
langsung (observasi lapangan ) maupun penelitian tidak langsung (study
kepustakaan)skripsi ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1.
Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu
logis dan emperis.
d) Thesis
Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar
magister (S-2).
Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng
diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah
didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa
temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu
hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
e)
Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data
dan fakta akurat dengan analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya
dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau
penguji pada sutu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil
penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam
terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan
tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak
menyandang gelar Doktor.
2)
Karya
ilmiah Penelitian.
a)
Naskah
Seminar
Naskah Seminar adalah karya ilmiah tang barisi uraian
dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum
seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari
penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau
dibicarakan dalam seminar.
b)
Naskah
Bersambung
Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri
karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini
juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya
penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat
pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda.
3)
Karya Tulis Non-ilmiah
Karya
non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahan dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri
karya tulis non-ilmiah :
a)
Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b)
Fakta yang disimpulkan subyektif,
c)
Gaya bahasa konotatif dan populer,
d) Tidak
memuat hipotesis,
e)
Penyajian dibarengi dengan sejarah,
f)
Bersifat imajinatif,
g)
Situasi didramatisir,
h)
Bersifat persuasif.
i)
Tanpa dukungan bukti
g.
Perbedaan Karya Ilmiah dan Non Ilmiah
Istilah
karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/ fiksi dan nonfiksi, kedua-keduanya memiliki
perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan
karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa
dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain
karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Menurut Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah - istilah
umum daripada istilah - istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika
penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi
secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar
meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan
(preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan
di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong
karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel,
roman, puisi, dan naskah drama.
Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan
umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya
tanpa dukungan bukti.
5.
KETERKAITAN PENALARAN DALAM PROSES
PENULISAN ILMIAH
Suatu
karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut
adalah :
a. Aspek
Keterkaitan
Aspek
keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan
masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b. Aspek
Urutan
Aspek
urutan adalah pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan atau
ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat
pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir
tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum.
Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk
membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di
akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup
karangan ilmiah.
c. Aspek
Argumentasi
Yaitu
bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan.
Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa
masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan
dalam analisis harus memuat argumen – argumen yang lengkap dan mendalam.
d. Aspek
Teknik Penyusunan
Yaitu
bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini
bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan
karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan
menyusun karangan ilmiah.
e. Aspek
Bahasa
Yaitu
bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya
sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Daftar Pustaka :