Perekonomian Indonesia
Pengaruh Pilpres Dalam Pereonomian
Perekonomian
Indonesia yang selalu tumbuh lebih dari 6 persen sejak 2010 terlihat lemah pada
2013. Laporan Badan Pusat Statistik pada 2014 menunjukkan bahwa perekonomian
Indonesia hanya mampu tumbuh 5,78 persen pada 2013, sebuah angka pertumbuhan
yang jauh dari cukup untuk menyerap penganggur dan mengatasi masalah kemiskinan
di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang menurun dari
6,26 persen (2012) menjadi 5,78 persen (2013) menebarkan kekecewaan dan
kekhawatiran para pelaku usaha terhadap prospek perekonomian Indonesia pada
2014. Dengan begitu, mereka cenderung untuk bersikap menunggu (wait and see)
dalam melakukan investasi. Tahun 2014 merupakan tahun politik yang
dikhawatirkan akan menimbulkan sedikit kebisingan dan kegaduhan politik.
Kita
tidak perlu terlalu kecewa dan khawatir terhadap pesta politik 2014, karena
pesta politik dengan dana triliunan rupiah dapat menjadi kebijakan
countercyclical yang dapat menstimulus perekonomian Indonesia. Seberapa besar
dampak pengungkit Pemilu 2014 terhadap perekonomian Indonesia sangat bergantung
pada seberapa besar uang yang beredar dalam perekonomian sebagai akibat dari
kegiatan Pemilu 2014. Hal ini juga bergantung pada bagaimana dana tersebut
dialokasikan. Penelitian LPEM FEUI yang dilakukan oleh Dartanto, Nowansyah, dan
Fairu (2014) menunjukkan bahwa dana yang bergulir dalam Pemilu 2014 berjumlah
sekitar Rp 85-115 triliun. Dana ini merupakan hasil penjumlahan dari dana APBN,
dana bantuan pemilu dari APBD, dana kampanye partai, dana kampanye presiden,
dan dana kampanye calon DPR/DPD/ DPRD provinsi/DPRD kabupaten/ kota.
Data
menunjukkan bahwa biaya investasi politik/dana kampanye bagi para calon
legislator sebesar Rp 750 juta- 1 miliar per caleg DPR dan sebesar Rp 250-500
juta per caleg DPRD provinsi. Dengan mengalikan dana investasi politik tersebut
dengan jumlah calon legislator yang berlaga dalam Pemilu 2014, yaitu 6.708
(caleg DPR), 929 (caleg DPD), 23.287 (caleg DPRD provinsi), dan 200.874 (caleg
DPRD kabupatan/kota), akan diperoleh perkiraan jumlah dana yang bergulir dalam
perekonomian.
Suntikan
dana sebesar Rp 115 triliun merupakan berkah tersendiri di tengah penurunan perekonomian
saat ini. Berdasarkan pengalaman Pemilu 2009 dan alokasi dana APBN, dana Pemilu
2014 akan dibelanjakan di sektor-sektor yang berkaitan dengan aktivitas
kampanye, yaitu 17,99 persen (industri kertas, percetakan, dan barang dari
kertas), 12,46 persen (industri tekstil dan pakaian), 17,5 persen (transportasi
dan telekomunikasi), 12,1 persen (industri manufaktur), 13,18 persen (hotel dan
restoran), serta 6 persen (jasa swasta, iklan, dan lainnya). Sektor inilah yang
akan diuntungkan dengan adanya Pemilu 2014.
Estimasi
Dartanto, Nowansyah, dan Fairu (2014), dengan menggunakan tabel input-output 2010
menunjukkan bahwa dana Rp 115 triliun yang berputar selama Pemilu 2014 akan
membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp 89 triliun.
Jadi, dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2014 adalah sebesar Rp 205
triliun. Dampak tidak langsung dihasilkan oleh multiplier effect kegiatan
kampanye yang menggairahkan aktivitas ekonomi. Contohnya, kegiatan percetakan
suara serta alat peraga kampanye tidak hanya mendorong aktivitas di sektor
tersebut, tapi juga akan meningkatkan aktivitas industri kertas, cat, buruh
cetak, serta backward and forward linkage lainnya dalam perekonomian.
Melihat
besarnya dana yang bergulir dalam Pemilu 2014, target pertumbuhan ekonomi
sebesar 6 persen pada 2014 bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Dengan
skenario moderatoptimistis, aktivitas Pemilu 2014 akan mendorong pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,5-0,7 persen. Sektor-sektor industri yang tumbuh cemerlang
dengan adanya Pemilu 2014 adalah industri kertas dan percetakan (7,54 persen),
industri tekstil dan pakaian jadi (2,85 persen), transportasi dan
telekomunikasi (1,37 persen), serta hotel dan restoran (1,65 persen).
Jika
kita melihat dampak Pemilu 2014 terhadap penciptaan lapangan kerja, tidak ada
ruang pesimisme dalam melihat perekonomian Indonesia pada 2014. Aktivitas
Pemilu 2014 akan mendorong terciptanya kesempatan kerja untuk 2,48 juta orang,
di mana sebesar 217 ribu kesempatan kerja tercipta di sektor industri tekstil
dan pakaian jadi, 170 ribu di sektor transportasi dan telekomunikasi, dan 113
ribu di sektor industri kertas dan percetakan.
Yang
paling menggembirakan adalah terciptanya kesempatan kerja sekitar 894 ribu di
sektor jasa-jasa lainnya (yang tidak jelas batasannya), termasuk aktivitas
pengerahan massa dalam kegiatan kampanye dan saksi-saksi dalam pemilu. Walaupun
kesempatan kerja yang tercipta sebagian besar bukan kesempatan kerja tetap, hal
ini sudah cukup memberi manfaat yang besar dalam membantu mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.
Kesimpulan :
Dampak
langsung dan tidak langsung dalam pilpres ini menghabiskan dana sekitar Rp. 205
triliun. Alokasi dana dari APBN sekitar 17,99 persen (industri kertas,
percetakan, dan barang dari kertas), 12,46 persen (industri tekstil dan
pakaian), 17,5 persen (transportasi dan telekomunikasi), 12,1 persen (industri
manufaktur), 13,18 persen (hotel dan restoran), serta 6 persen (jasa swasta, iklan,
dan lainnya). Dan masih banyak dana yang beredar tanpa diketahui. Tetapi ada
dampak positif dari pilpres yaitu mendorong terciptanya kesempatan kerja untuk
2,48 juta orang penduduk. Di mana sebesar 217 ribu kesempatan kerja tercipta di
sektor industri tekstil dan pakaian jadi, 170 ribu di sektor transportasi dan
telekomunikasi, dan 113 ribu di sektor industri kertas dan percetakan.
No comments:
Post a Comment